Leader of Egypt's Muslim Brotherhood Mohamed Badie sits inside a defendant's cage during his trial in Cairo, Egypt, April 30, 2014. (Voanews) |
Di balik tragedi memilukan yang menimpa jamaah Ikhwanul Muslimin, tersirat jutaan hikmah yang bisa kita petik. Salah satunya spirit ta'awun (tolong menolong) antara anggota jamaah dan korban kudeta.
Bisa dibayangkan. Hitungan kasar menyebutkan, lebih dari 40.000 anggota Ikhwanul Muslimin dari level pusat hingga desa mengisi ruang-ruang seram penjara. Pertanyaannya, siapa yang menghidupi anggota keluarga dari jumlah sedemikian banyak itu?
Padahal seluruh asset Ikhwan disita. Tempat usaha orang yang terindikasi Ikhwan ditutup. Dana di rekening dibekukan. Bahkan pemerintah kudeta membuat kebijakan baru, siapapun yang aktif menolak kudeta, maka akan dihapus hak berobat dan hak mendapatkan jaminan sosial.
Usut punya usut. Hal yang membuat solid aksi anti kudeta adalah, jiwa tolong menolong yang kini tidak hanya dilakukan kader-kader inti Ikhwanul Muslimin, tapi juga oleh simpatisan yang dahulu merasakan kebajikan dan ketulusan bakti anggota Ikhwan.
Seorang kaya Mesir misalnya, mengatur strategi untuk memberi santunan 1000 LE (1.8 juta rupiah) kepada korban-korban yang ditangkap junta kudeta setiap bulannya. Namun keluarga korban tidak menghabiskan uang sejumlah itu untuk kebutuhan sendiri. Ia menyumbangkan setengah dari uang santunan tersebut kepada keluarga korban syahid di kota yang sama. Kisah-kisah lainnya teramat banyak, tidak cukup dikisahkan disini.
'Alaa kulli haal. Kita akan selalu bertanya-tanya, apa yang menyebabkan demonstrasi antikudeta tidak pernah surut selama 20 bulan sampai sekarang. Jelas jawabannya, di medan jihad seluruh anggota Ikhwanul Muslimin berperan. Sesuai janji yang telah diteguhkan, berjuang menegakkan Kalimatullah dalam kondisi apapun: senang susah, suka duka, sedih gembira.
(Nandang Burhanudin)
0 Response to "Saat 40.000 Kadernya Dipenjara, IM Bertahan Dengan Spirit Ta'awun"
Posting Komentar