Difasilitasi MetroTV, Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) menyampaikan pembelaan diri atas banjir yang kembalu melanda Ibukota.
Basuki menuding banjir terjadi karena sekian unit pompa di kawasan utara tidak bisa berfungsi karena ketiadaan tenaga listrik. PLN kena tuding. Gubernur bilang PLN "stupid".
Ini fakta yang diajukannya:
- Gardu-gardu listrik dipadamkan.
- Gardu dipadamkan tapi dua PLTU di utara Jakarta (kok ya) tetap beroperasi (tidak shutdown).
Gubernur memvonis ini berarti sabotase. Apalagi, ia dapat info ada gardu yang dipadamkan karena sudah tidak ada warga di kawasan gardu tersebut. Padahal, menurut Gubernur, masih ada warga di situ.
Sekilas, Basuki benar. Dua kilas, Basuki sangat disayangkan ngomong sembarang.
(1) Gardu listrik adalah titik stepdown tegangan dari level menengah atau tinggi (tegangan distribusi, satuan KiloVolt) ke level tegangan rendah 220V (level konsumsi). Bahkan ada gardu yang melayani stepping down dari level Mega ke Kilo.
Kalo tegangan 220 yang kontak dengan air saja sudah lebih dari cukup untuk bikin orang kribo hitam terbakar, apalagi tegangan level Kilo dan Mega Volt.
Memadamkan gardu adalah wajib jika daerah sekitarnya banjir.
(2) PLTU dalam keadaan apapun sangat dihindari untuk di-shutdown, apalagi kalau hanya karena banjir. Ya, untuk jenis pembangkit uap, banjir bukan soal besar karena bersentuhan dengan air sudah jadi denyut kehidupan PLTU sehari-hari. PLTU butuh air untuk dimasak jadi uap. Karenanya, PLTU selalu berlokasi di bibir air (sungai atau laut).
Sistem kelistrikan modern adalah interkoneksi antar pembangkit. Satu pembangkit membentuk jaringan pemikul beban dengan pembangkit lainnya. Jawa-Bali-Madura adalah satu sistem interkoneksi yang berpuluh tahun dibangun PLN. Jika satu saja pembangkit berhenti menyuplai, sistem butuh penyetimbangan beban yang tidak sederhana. Pembangkit-pembangkit di utara Jakarta itu adalah "Jantung" sistem interkoneksi Jawa-Bali-Madura.
Menyutdown PLTU sama sekali berbeda dengan shutdown laptop. Untuk yang kedua, kita hanya butuh hitungan menit kalau mau menyalakan ulang. Kalau PLTU, butuh berhari-hari hanya untuk sekedar memanaskan boiler (tungku pemasak air)-nya.
Kalau 2 PLTU di Jakarta shutdown, maka pemikulan beban Jawa-Bali-Madura akan pincang, untuk selanjutnya satu persatu pembangkit yang ada di sana keluar dari sistem. Gelap gulita lah 3 pulau berpenduduk ratusan juta jiwa itu.
Semoga Gubernur Basuki memahami.
(Canny Watae)
0 Response to "Ini Bukti Ngawurnya Ahok Soal Sabotase Banjir"
Posting Komentar