*dari fb Rifki Febriansyah
Nama beliau adalah pak H. Daus, di mukhayyam kemarin beliau berada di kompi satu sedangkan saya di kompi 2. Wajah yang teduh dan tak banyak bicara.
Saat saya bertanya pada istri, 'bun, kira-kira usia paling tua dari peserta mukhayyam berapa?'
'Hmm..' gumamnya, 'paling 50an'
Saya tersenyum, 'namanya pak H. Daus, usia beliau 74thn'
Saat sesi tempur malam, beliau dipanggil oleh panitia untuk tak mengikutinya karena resiko kecelakaannya sangat tinggi. Dan beliau mengambil rukhshoh tersebut.
Namun, saat sesi tracking naik ke puncak gunung Manglayang (terletak di antara Kabupaten Sumedang dan Bandung -red) dengan track yang terjal, beliau tetap keukeuh untuk ikut serta meski telah berkali-kali panitia membujuk beliau agar tak perlu ikut. Habis akal panitia untuk membujuk, maka panitia menggunakan dokter sebagai pertimbangan bahwa kesehatan beliau ga memungkinkan untuk tetap ikut tracking. Namun alasan dari dokterpun tak digubris, beliau keukeuh pengen ikut.
Saat perjalanan dimulai, punggung gunung pertama hendak ditaklukan, panitia yang menjadi guide tiap kelompok terus berkoordinasi agar beliau turun gunung saja, tak perlu dilanjutkan. Namun beliau tetap keukeuh naik terus.
Jalanan yang terjal menjadikan saya teringat tentang kisah Ashhabul Ukhdud. Bukit Aqobah yang sempit nan terjal. Ah, ngelantur tentang perjuangan Rasul dan dibandingkan dengan perjalanan ini yang tak seberapa... Masih sangat jauh..
Setelah 3 jam berjalan, tibalah kita semua di puncak Manglayang. Dan saat saya baru tiba, pak H. Daus ini telah rehat lebih dulu dan tampak dari wajahnya yang teduh ini tak ada rasa lelah sama sekali.
Dan entah dari mana suara itu datang, namun informasi yang dibawanya sangat menghentakan jiwaku, 'Kalo antum mau ketemu dengan pak H. Daus, antum dateng aja ke masjid Habiburrahman PT. DI setiap akhir bulan. Beliau tak pernah absen dalam qiyamul lail bersama ust. Abdul Aziz Abdur Rauf.'
'Maa syaa Allaah,' gumamku, 'bukankah qiyamnya itu 3 juz dengan tilawah yang sangat tartil dan ada ayat yang senantiasa diulang saat imamnya bertadabbur ayat tersebut? Maka sangat wajar jika beliau mampu bertahan untuk berjalan 5 jam tanpa henti.'
Ternyata, iltizam itu mengalahkan segalanya. Prediksi dokter, larangan panitia, rukhshoh Allah.. H. Daus, adalah sedikit orang yang berkualitas di zaman ini. Semakin tua semakin jadi.
Saya belajar banyak dari beliau meski tak banyak interaksi yang terbangun.. Jazakallaah khairan ustadz, baarakallaahu fiikum..
0 Response to "H. Daus, Peserta Mukhoyam PKS Tertua, 74 Tahun | 'Stamina Bukan Usia'"
Posting Komentar