Dikecam 'Foto Pelukan', Asma Nadia Jelaskan Perlunya 'Fikih Permusuhan'


Beberapa waktu lalu Asma Nadia mendapat kecaman terbuka di social media (facebook) gara-gara mengunggah foto cover film "Surga yang Tak Dirindukan" yang terinspirasi dari novelnya dengan judul yang sama di halaman Facebook pribadinya. Dalam foto cover 'terlihat' aktris pemeran film, Laudya Cintya Bella yang menggunakan jilbab dan Fedi Nuril 'berpelukan'.

Asma Nadia sendiri menjelaskan bahwa Fedi Nuril tidak dalam posisi memeluk Bella. Hanya berdiri tidak jauh yang dengan angle foto kesannya menempel. Hasil olahan (photoshop) membuat kesan dekat ini makin dekat.

Agar publik Umat Islam lebih memahami peristiwa itu, melalui tulisan di Republika yang berjudul 'Fikih Permusuhan', Asma Nadia menulis:

Kejadian lain ketika poster film Surga yang Tidak Dirindukan keluar di media sosial. Terlihat seorang aktris yang baru memutuskan berjilbab berdiri berdekatan dengan pemeran suami yang terkesan menempel di belakangnya.

Sebenarnya, dengan mudah produser bisa menyuruh pemeran pria memeluk bintang utama wanita, lalu memotretnya. Akan tetapi, karena sang aktris menolak berpelukan dalam pemotretan dengan alasan syari', akhirnya diakali dengan pemilihan sudut kamera dan olah photoshop. Ternyata, protes bahkan hujatan kemudian bermunculan.

Sang bintang yang baru saja mulai mendekati Islam dengan jilbabnya tidak diberi ruang berproses, sebaliknya, dipaksa untuk bersikap dan memiliki sudut pandang seperti mereka yang sudah lama hijrah. Upaya sang artis menolak dipeluk sama sekali tidak diapresiasi.

Begitu keras kritik yang beredar hingga banyak penggemar (yang belum berjilbab) dari aktris tersebut pun bersuara. "Pantas tidak banyak artis mau berjilbab, sikap untuk tidak mau disentuh tidak dihargai, malah photoshop-nya dihakimi!"

Menurut Asma Nadia, sebagai umat Islam sangat diperlukan 'Fikih Permusuhan'.

Kalau ada jenis fikih baru yang diperlukan umat Islam sejak lama, mungkin 'fikih permusuhan'.

Ya, karena saat ini umat Islam sangat ceroboh dalam bermusuhan. Teman seperjuangan menjadi musuh, musuh sesungguhnya menjadi teman. Ketidaksepahaman hal tertentu dalam masalah cabang menjadi pangkal perpecahan besar, sementara kesalahan mendasar malah diabaikan.

Di antara begitu banyak musuh, ada bobot yang harus kita pilih untuk dilawan. Jika ingin menjadikannya jalan perjuangan, pilihlah medan yang lawannya jelas-jelas menimbulkan kerusakan.

Dengan kata lain, jika kita berjihad melawan sesama umat Islam, padahal di tempat lain ada orang-orang ingkar yang menindas dan menebarkan keburukan maka jihad yang dilakukan tidak menghargai ‘fikih’ permusuhan atau dalam hal ini seperti fikih prioritas pada konteks permusuhan.

Jika ingin menghukum penjahat dari sekian banyak yang ada, utamakan pelaku yang kejahatannya paling berbahaya. Daripada mengkritik karya Islam secara terbuka, lebih baik kritisi karya jahiliyah yang jauh lebih buruk.

Kejadian belum lama terkait beberapa film Islami yang baru beredar di bioskop lalu menuai kritik dan hujatan. Padahal, banyak dari sang pengkritik menghakimi tanpa menonton sebelumnya dan ternyata tidak pernah sekali pun mengkritik film lain yang bukan saja tidak Islami, tapi juga menyuarakan demoralisasi dan kejahiliyahan.

Mengapa banyak yang membabi buta menyerang karya yang lebih punya nilai dari sesama Muslim, tapi tidak garang dalam mengkritik dan menghakimi karya lain yang jelas-jelas membawa bendera keburukan?

Padahal, untuk memproduksi sebuah film menghabiskan dana miliaran. Dan, para sineas Muslim sedang berusaha membuat film-film Islami sebagai jawaban perang budaya melawan seabrek film yang mempromosikan hantu dan seks tidak jelas yang lebih dulu mengakar. Mirisnya perjuangan ini kemudian diserang kaum Muslimin sendiri.

Di akhir tulisan, Asma mengingatkan kita semua dengan firman Allah SWT:

"Muhammad adalah Rasul Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir dan bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama mereka.” (QS al-Fath: 29).


0 Response to "Dikecam 'Foto Pelukan', Asma Nadia Jelaskan Perlunya 'Fikih Permusuhan'"

Posting Komentar