MIGAS DALAM CENGKERAMAN OLIGARKI


MIGAS DALAM CENGKERAMAN OLIGARKI
(By: Sallamuddin Daeng)

Bisnis migas di Indonesia adalah bisnis yang bernilai ribuan triliun. Adapun cakupan bisnis migas di Indonesia dari hulu hingga ke hilit adalah sebagai berikut :

1. Transaksi di hulu melibatkan produksi nasional 850 Ribu Barel minyak per hari atau senilai Rp. 238.68 Triliun setahun pada tingkat harga 60 USD perbarel.

2. Ekspor minyak senilai 455,000 Barrel per hari dengan nilai transaksi mencapai Rp 127,76 Triliun setahun.

3. Impor minyak mencapai 506,000 Barrel per hari dengan nilai transaksi sebesar Rp. 142,08 triliun.

4. Revenue Pertamina sebesar US$ 71,1 Milliar atau sekitar Rp. 846,1 triliun (2013).

5. Cost recovery yang dikeluarkan negara senilai US 16,5 Milliar atau sekitar Rp 196,3 triliun.

6. Nilai produksi gas nasional sebesar mencapai 1,517 Juta Barel atau setara dengan setara produksi minyak per hari senilai Rp. 270,6Triliun (ESDM, 2013).

7. Ekspor gas nasional mencapai US$ 18,129 Milliar atau Rp.220,1Trilun Impor gas senilai US$ 3,113 Milliar atau sekitar Rp 37,24 Triliun (Survei BPS, 2013).

8. Transaksi keuangan, saham, utang dalam dan luar negeri perusahaan minyak nasional yang melibatkan perbankan nasional dan lembaga keuangan internasional yang bernilai ratusan triliun.

9. Penjualan minyak dan gas di dalam negeri kepada konsumen akhir baik sektor  industri, rumah tangga dan transfortasi yang bernilai ratusan triliun.

Pantaslah penguasa mengincar sektor migas sebagai sumber uang dalam mengisi pundi kekuasaan, kantong pribadi, dan kelompok, dengan berbagai cara yakni:

1. Penguasa membuat peraturan atau regulasi yang dapat dijadikan senjata untuk mendapatkan bagian dalam binsis migas secara langsung, atau membuat peraturan untuk memeras, meminta setoran kepada perusahaan yang bergerak dalam sektor migas untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

2. Penguasa mengangkat keluarga, kawan, atau kroni kroni terdekat sebagai pejabat pemerintah, menteri, Dirut BUMN migas, komisaris BUMN migas.

3. Memasukkan perusahaan pribadi, keluarga dan kroni dalam bisnis migas mulai dari hulu, ekspor, impor  sampai ke hilir yakni perdagangan minyak hasil olahan, hingga mendapatkan jatah dari belanja migas baik perusahaan asing maupun nasional bagi perusahaan mereka yang berkuasa.

Dampak dari kekuasaan oligarchy dalam politik nasional terkait nasib sektor migas adalah:

1. Harga jual migas yang diterima rakyat mengandung jatah penguasa, dengan demikian harga minyak pasti lebih tinggi dari yang seharusnya.

2. Para Pengasa akan menggunakan kekuasaannya untuk memperbesar bisnis keluarga, kroni, mengerogoti BUMN, menggerogoti perusahaan swasta nasional. Meskipun terhadap perusahaan asing cenderung tidak berani.

3. Para pengusaha dibiarkan merampok kekayaan alam, memanipulasi pendapatan, pajak, manipulasi cost recovery. Hasil dari manipulasi dan kecurangan akan menjadi uang setoran kepada penguasa agar bisnis langgeng.

Secara keseluruhan bisnis migas masih merupakan penopang oligarki Indonesia, mereka menjadikan migas sebagai sumber setoran utama bagi penguasa untuk mempertahankan kekuasaan. Setoran dari bisnis minyak  untuk memperkaya diri, keluarga dan kroninya. Rakyat dan negara dibiarkan dalam cengkraman asing buat selama lamanya.

*Sumber: http://www.citizenjurnalism.com/2015/05/09/renungan-akhir-pekan-migas-dalam-cengkraman-oligarki/

0 Response to "MIGAS DALAM CENGKERAMAN OLIGARKI"

Posting Komentar