Helvy Tiana Rosa & Ide Gila Film 'Ketika Mas Gagah Pergi'


Adalah Dr. Halimi Zuhdy yang berbisik pada saya, “Luar biasa! Helvy benar-benar sanggup menyemangati. Saya kira tulisan beliau saja yang hidup, ternyata komunukasi verbal beliau pun sanggup membakar!”

Pernyataan di atas dikemukakan Lora Halimi setelah ikut menyimak paparan Helvy Tiana Rosa (HTR) pada acara Dialog Sastra dan Kepenulisan di Fakultas Humaniora UIN Maliki Malang.

Saya beberapa kali menyertai Mbak Helvy, -begitu biasa saya memanggi beliau- di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Namun, jujur harus akui bahwa pada penampilan beliau di Malang kemaren, beliau memperlihatkan semangat yang tidak saya saksikan sebelumnya.

Apa yang mencambuk seorang HTR hingga bisa begitu bergelora menggetarkan khalayak. Saya cerna dan saya urut, kenapa? Saya menemukan jawaban pada satu titik. Tiada lain, ini pasti terkait dengan Film Ketika Mas Gagah Pergi!

Yah, beberapa bulan terakhir ini Mbak Helvy (kakak kandung Asma Nadia -red) memang memutuskan untuk berada di luar rumah. “Hidupku di jalan ni, Teh.” tulis beliau di Grup saat Teh Pipiet Senja ingin buat janji untuk ketemu.

Ketika sedang di Jakarta dan sekitarnya, beliau harus hinggap dari satu acara ke acara lain. Berpindah dari satu gedung ke gedung berikutnya. Dari satu panggung ke panggung yang lain. Di akhir pekan beliau memutuskan untuk keliling daerah. Semua ini Mbak Helvy lakukan demi untuk mewujudkan ide gilanya!

Ide gila. Yah, ide gila! Saat sebenarnya Helvy bisa saja melepas Film KMGP ini diserahkan pada produser, beliau terima duit gede, duduk manis di rumah, menunggu Film KMGP tayang di bioskop bioskop Indonesia. Tapi hal tersebut tidak dilakukannya. Demi sebuah idealisme!

Sudah jamak diketahui bahwa ketika suatu karya akan difilmkan. Pemilik cerita, novel dan sejenisnya harus tunduk pada keinginan PH yang memproduksinya. Itu yang tidak diinginkan oleh Helvy. Ia ingin cerita Mas Gagah ini pada versi filmnya tetap mempunyai ruh sebagaimana versi bukunya.

Pada keinginan inilah Helvy dan beberapa PH yang menginginkan KMGP tidak nyambung. Helvy ingin agar pemeran Mas Gagah bukanlah artis, tapi orang yang ingin berdakwah lewat film. Helvy ingin agar cerita kepedulian kepada Palestina tetap ada. Helvy ingin, Helvy ingin dan banyak keinginannya di film ini yang non konvensional banget. Tentu semua itu ditolak PH.

Idealisme HTR begitu kokoh. Idealisme yang membentur cadas kapitalisme para pemilik modal di dunia film. Padahal di sisi yang lain, Helvy begitu ingin memenuhi kerinduan para pembaca KMGP agar cerita legenda ini difilmkan. Lantas bagaimana caranya?

Bagi seorang Helvy, tak ada keinginan tang tidak menemukan jalannya. Tidak ada idealisme yang tak bisa terwujud! Untuk itulah kemudia ia memutuskan bahwa film ini akan diproduksi dengan dana patungan! Patungan dari mana?

Patungan dari para pembaca KMGP lintas generasi. Mas Gagah diterbitkan pertama kali tahun 1992. Ketika itu novel ini sudah laku 10.000, bahkan sebelum turun cetak. Artinya sebelum buku selesai dicetak orang yang pesan mau beli sudah melampaui angka 10.000. Begitulah, KMGP terus dicetak ulang oleh beberapa penerbit yang berbeda. Hingga sekarang, KMGP sudah 27 kali cetak ulang!

Buku yang demikian mencerahkan. Cerita yang demikian diminati. Meminjam istilah Kang Abik, cerita yang begitu melegenda. Wajarlah kiranya kalau ada banyak pihak yang ingin novel ini difilmkan!

Namun, dalam perjalanannya, upaya pembuatan film dengan model patuangan begitu ternyata belum mendapatkan wujud yang lebih nyata dari para pendukungnya. Memang banyak yang mendukung. Banyak ikut gembira dengan aksi ini. Tapi, nyatanya hingga hari ini dana yang terkumpul beliau sampai 200 Juta dari total minimal 3 milyar yang harus dikumpulkan untuk memproduksi film ini.

Untuk itulah akhirnya Helvy Tiana Rosa harus semakin kencang berlari. Ia harus keliling. Ia harus ketemu banyak orang. Ia harus rela bermalam di jalan, di mobil. Ia harus terus bergerak. Bergerak! Karena ternyata beliau saat ini telah sampai pada kesimpulan bahwa tiada seorang pun yang lebih bisa diandalkan selain dirinya sendiri.

Untuk itu Kawans, kalian yang pernah baca cerita Mas Gagah. Kalian yang terinspirasi oleh cerita Mas Gagah. Kalian yang menginginkan film Indonesia memiliki karya bagus dan mencerahkan. Atau kalian yang selama ini selalu berpihak pada upaya perbaikan moral anak bansa, kami ingin mengetuk kesadaran Anda sekalian, mari kita dukung film ini dengan memberikan sumbangan uang. Berapapun itu, 5rb, 10rb, 50rb, 100rb dan seterusnya.

Silakan transfer sumbangan Anda ke Rekening BNI Syariah: 0259296140. Atas Nama: Yayasan Lingkar Pena. Atau Bank Mandiri: 1570087778883. Atas Nama: Lembaga Forum Lingkar Pena.

*by Abrar Rifai (9/5/2015)

0 Response to "Helvy Tiana Rosa & Ide Gila Film 'Ketika Mas Gagah Pergi'"

Posting Komentar