Antara Turki dan Aceh






Acapkali konsep persatuan umat Islam dalam sudut pandang politik selalu dibenturkan dengan ancaman pada negara. Seolah siapa saja yang mendengungkan persatuan umat Islam sedunia itu dianggap anti NKRI dan tidak Pancasilais.



Anggapan kuno ini entah dari mana munculnya. Contoh hubungan Turki dan Aceh di masa lalu sebagai dua "kekhalifahan" bisa menjadi pelajaran. Saat Aceh berusaha menghadang Portugis di selat Malaka pada tahun 1511, Kekhalifahan Turki Utsmani (Ottoman) mengirimkan bantuan meriam. Ya, Turki sangat terkenal dengan meriamnya yang berhasil menaklukkan Konstantinopel.



Pun saat Turki membutuhkan bantuan, rakyat Aceh memberikan bantuan emasnya. Itu kenapa sampai saat ini hubungan Turki dan rakyat Aceh ada ikatan emosional. Jadi tidak heran bila GAM memakai bendera Turki dengan tambahan garis hitam.



Jadi klaim beberapa intelektual yang menjelaskan Islam mengancam eksistensi negara-negara bisa dimentahkan. Yang sedang dibangun Turki sekarang seumpama adalah kesepaham sejarah dan persamaan nasib sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim.



Turki jelas sadar, bahwa masyarakat mereka walau pernah berjaya di era Ottoman, tak lantas langsung menerima dengan banyak simbolisasi Islam. Jadilah politisi di sana (AKP, Erdogan) bersabar membangun kepercayaan dengan kinerja, ketimbang sibuk dengan pembelaan simbol-simbol.



Jadi model Uni Eropa bisa jadi "diadopsi". Atau model lain sedang berproses.



(Ibnu Dwi Cahyo)




0 Response to "Antara Turki dan Aceh"

Posting Komentar