Jakarta - Peneliti dan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, publik akan tertarik melihat Partai Golkar berada diluar pemerintahan. Pasalnya sejak orde baru, Golkar selalu berada dalam kekuasaan.
"Golkar harus keluar dari bayang-bayangnya sendiri. Sejak 1999 Golkar menjadi Partai Golkar. Berarti ada substansi baru didalamnya, Golkar menjadi pilar demokrasi dan aset negara," kata Siti kepada INILAHCOM, Kamis (25/12/2014).
Siti yang akrab disapa Wiwieq ini menambahkan, Golkar bisa mengambil pelajaran dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang bertahun-tahun menjadi partai oposisi. Akhirnya pada 2014, PDIP memenangkan Pemilu 2014.
"Demikian juga Gerindra secara suara juga meningkat signifikan. Di era reformasi sekarang ini bila publik tidak bersimpati, sulit bagi partai bisa memenangkan pemilu," tambahnya.
Pengalaman kedua partai tersebut, lanjut Wiwieq, mengajarkan bahwa menjadi partai oposisi bagi Golkar sama mulianya dengan ketika Partai Golkar ikut dalam kekuasaan.
"Justru dengan begitu publik ingin menyaksikan sisi lain dari Golkar ketika tak ada di pemerintahan," tandasnya.
Konflik Partai Golkar terjadi antara lain karena perbedaan keinginan antara dua kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono. Kubu Aburizal Bakrie ingin Partai Golkar berada diluar pemerintahan dan tetap bergabung dengan Koalisi Merah Putih (KMP), sedangkan kubu Agung Laksono ingin Partai Golkar keluar dari KMP dan masuk kedalam pemerintahan Jokowi-JK.[yeh/inilah]
0 Response to "Peneliti LIPI: Publik Mau Golkar tak di Pemerintahan"
Posting Komentar