1) Kecuali yang disebutkan dalam nash; sebagai mukmin kita meyakini bahwa semua tempat adalah baik, semua waktu adalah baik. #10thnTsunami
2) Maka Kanjeng Nabi ShallaLlahu 'Alaihi wa Sallam mencegah agar jangan sampai muncul anggapan sebuah tempat membawa kesialan. #10thnTsunami
3) Uhud memang tempat nan kenangannya getir bagi para sahabat. Di sana Rasul terluka & terkabar dibunuh, 70 syuhada' terbantai. #10ThTsunami
4) Di Uhud; Hamzah dikunyah jantungnya, Mush'ab dipapas lengannya, 'Abdullah ibn Jahsy disayati hidung, telinga, & perutnya. #10thnTsunami
5) Manusiawi jika kenangan menyakitkan atas Uhud mengendap di dalam jiwa para sahabat. Nama gunung itu mencekam hati mereka. #10thnTsunami
6) Maka indah sekali sabda Sang Nabi, "Uhud adalah gunung yang mencintai kita, dan kitapun mencintainya." Bersahaja. Mengena. #10thnTsunami
7) Maka berulangkali pula Uhud dijadikan umpama tuk besarnya 'amal shalih, "Mitsla Jabali Uhudin"; sebagai penegas cinta itu. #10thnTsunami
8) Begitu pula hendaknya cinta kita tuk Aceh; juga daerah lain di mana musibah pernah terjadi. Di sana ada 'ibrah. Ada hikmah. #10thnTsunami
9) Aceh; salah 1 wilayah tergigih dalam jihadnya melawan Kape Belanda; berhak atas cinta & doa kita sebagai bangsa selamanya. #10thnTsunami
10) Aceh, yang para ibunya melepas perhiasan emas tuk mengongkosi negara ini di awal berdiri; moga sentausa dalam syari'atNya. #10thnTsunami
"Meunyo ate hana teupeh, pade bijeh jitem suba"; inilah jiwa rakyat Aceh; "Apabila perasaan tak tersinggung, dia kan memberi segalanya."
Sayang pemimpin Indonesia sering memperlakukan Aceh dengan "Rudah u manyang rhot bak muka dro teuh"; meludah ke atas, jatuh ke muka sendiri.
*dari twit ustadz @salimafillah (26/12/2014)
0 Response to ""10 Tahun Tsunami Aceh" by @salimafillah"
Posting Komentar