Antara Pemilih Jokowi yang Waras dan Emosional




Tahun 2004 Pilpres putaran pertama saya memilih Wiranto-Gus Sholah. Putaran ke dua baru saya pilih SBY-JK. SBY pun akhirnya jadi presiden.



Pilpres 2009, putaran pertama saya pilih JK-Wiranto. Putaran ke dua baru saya pilih SBY-Boediono. SBY pun akhirnya terpilih kembali.



Dan sepanjang 2004 sampai 2014, SBY yang merupakan presiden pilihan saya, tetap rajin saya ktitik di fesbuk, kompasiana dan media lainnya. Begitulah seharusnya, ketika kita telah memilih, bukan berarti harus mendukung dan mendiamkan kebijakannya yang salah dan menyengsarakan rakyat.



Maka, andai kemaren yang terpilih adalah Prabowo, wall saya pun tak akan sepi kritikan pada presiden gagah itu. Semua kita punya emosi, tapi rasionalitas tetap harus dikedepankan.



Pada pemilih Jokowi ada pemilih emosi dan ada pemilih rasional. Begitu juga pada pemilih Prabowo. Untuk membedakan dua golongan di antara pemilih Prabowo, sekarang tidak bisa dilakukan, sebab dia tidak terpilih. Tapi untuk mengidentifikasi pemilih Jokowi itu mudah. Karena Jokowi sekarang sudah jadi presiden.



Yang mendiamkan dan apalagi mendukung semua sikap dan keputusan Jokowi, ini emosi. Ditambah lagi, akan membantah dengan semua upaya setiap kritikan yang dilontarkan pada Jokowi. Seakan Jokowi adalah Tuhan yang harus dibela semua eksistensinya. Pada orang seperti ini, tidak bisa lagi diajak untuk tetap waras.



Tapi, pemilih Jokowi yang waras, bisa kita lihat, ketika sikap dan keputusan Jokowi baik, ia dukung. Tapi, ketika keputusan presiden pilihannya tersebut dianggap salah, apalagi kelihatan menipu rakyat, mereka tidak akan segan mengkritik dan bahkan sampai menarik dukungan.



Alhamdulillah, itu golongan pemilih Jokowi yang waras ternyata banyak juga di antara teman-teman saya. Seperti komentar, “Aku sudah tak mencintai Jokowi lagi, Mas Abrar.” Ini pernyataan teman saya, yang seorang BMI di Taiwan.



Oiya, terkait pilihan saya pada dua Pilpres 2004 dan 2009. Untuk masing-masing putaran pertama, jelas berbeda dengan keputusan PKS, yang merupakan partai pilihan saya. 2004, putaran pertama PKS mendukung Amin Rais, saya mendukung Wiranto. 2009, PKS mendukung SBY, saya mendukung Jusuf Kalla.



Baru pada putaran ke dua, pilihan saya dan PKS bertemu. Itu karena rasionalitas bagi saya tetap harus didahulukan dari sekedar emosi yang seringkali menipu.



Begitu saya. Anda boleh bersikap lain.



(Abrar Rifai)




0 Response to "Antara Pemilih Jokowi yang Waras dan Emosional"

Posting Komentar